Sabtu, 07 Juli 2012

Menuju kedamaian abadi


Menuju kedamaian abadi
            Telah sering terucap bahwa dalam pembukaan Undang-undang terdapat pengertian bahwa harapan dan tujuan kita adalah kita dan semua negara di dunia menuju kedamaian abadi. Sungguh itu merupakan kalimat yang luar biasa, namun dengan jujur saya menuliskan ‘saya benci kalimat itu. Saya membencinya seperti suatu noda hitam besar yang mengubah komposisi warna pada sebuah lukisan dan membuatnya tidak dapat dinikmati dengan sebagaimana mestinya. Saya menilai kalimat itu menjadi ‘bahwa negeri ini membawa dirinya dan bangsa lain di seluruh dunia ke dalam kematian.
            Saya selalu bicara tak ada kedamaian abadi di dunia ini, semua kenyamanan dan ketidak-nyamanan lahir dari perbedaan takaran ‘bisa diterima dan tidak bisa diterima. Contoh singkatnya  didalam keluarga terindah pasti ada atau minimal satu hal buruk didalamnya. Ketidak-seimbangan menciptakan keseimbangan, kesalahan menciptakan kebenaran, dan kekacauan menciptakan kedamaian karena di dunia ini ketidak-sempurnaan adalah kesempurnaan dan kesempurnaan yang kita selalu gambarkan juga kita harapkan hanya bisa dirasakan di alam baka nanti setelah semuanya tiada ‘mukin itu yang disebut surga. Begitu pula keabadian, tak ada yang abadi, tak pernah ada yang bertahan selamanya kecuali Sang Pencipta.
            Kalimat kedamaian abadi mukin hanyalah ungkapan sastra hiperbola yang mengambarkan niatan baik bangsa ini pada semuanya, namun hal tersebut akan selalu menjadi mengelitik tawa saya karena dalam teks yang seharusnya penting untuk tujuan bangsa ini yang semestinya mengambarkan pemahaman yang baik ‘tapi terbalik menurut logika.





By, Garoeda P. S

Tidak ada komentar:

Posting Komentar